Senin, 24 Oktober 2016

Perang Indocina I

Perang Indochina I
Legiun Asing Perancis mendarat di Indocina
                                                         Latar Belakang
            Setelah menyerahnya Jepang pada sekutu tanggal 15 Agustus 1945, seluruh wilayah pendudukan Jepang dikembalikan kepada negara pemilik sebelum datangnya Jepang. Di Indonesia, Jepang mengembalikannya ke Belanda, Semenanjung Malaya dan Singapura dikembalikan ke Inggris, Indochina dikembalikan ke Perancis, dan sebagainya. Di Indochina, Perancis segera mengirim pasukan pendahulunya untuk menegakkan kembali imperium Perancis di kawasan Indochina. Diikuti oleh kedatangan Inggris yang bertujuan untuk melucuti tetara Jepang. Sesudah tentara Inggris menyelesaikan tujuannya, mereka segera meninggalkan Indochina untuk dikirim ke Malaysia. Kini Perancis berdiri sendiri untuk mendirikan kembali koloninya yang sempat direbut oleh Dai Nippon. Di Vietnam sendiri, Perancis membaginya menjadi tiga daerah administratif, Tonkin (utara), Annam (Tengah), dan Cochincina (Selatan).

Awal Mula Perang
            Keengganan Perancis untuk melakukan wajib militer atau mengirim pemudanya ke Indochina, membuat Perancis kekurangan SDM di Indochina. Maka dari itu, Perancis menyiasatinya dengan mengirimkan tentara dari koloni – koloni lainnya seperti Senegal, Aljazair, maupun dari Indochina itu sendiri, serta tentara bayaran lainnya. Di sisi lain, tokoh nasionalis Vietnam, Ho Chi Minh beserta salah seorang pengikut setianya, Vo Nguyen Giap, mendirikan Viet Minh yang beraliran sosialis – komunis. Gesekan antara Perancis dan Viet Minh berbuntut pada bentrokan senjata.
Tahun 1946, pecah pertempuran di Haiphong, yang menewaskan 6.000 penduduk sipil Vietnam. Viet Minh, di bawah Vo Nguyen Giap, melancarkan serangan kembali ke kota pelabuhan tersebut dengan kekuatan 30.000 pasukan. Walaupun Perancis kalah jumlah, persenjataan superior dan dukungan angkatan laut Perancis membuat pasukan Viet Minh didesak untuk mundur.
Pada 1947, Perancis mengirimkan sebuah ekspedisi untuk menyerang basis Viet Minh di Provinsi Tuyen Quang. Namun, mereka tidak berhasil menemukan Giap disana. Pada akhir tahun, Perancis melancarkan Operasi Lea untuk merebut pusat komunikasi Vietnam di Bac Kan. Dan lagi – lagi mereka gagal menangkap pimpinannya, yaitu Ho Chi Minh beserta letnan – letnannya. Mereka mengklaim 9.000 pasukan Viet Minh tewas selama operasi tersebut.
Kemudian, tahun 1948, Perancis mulai menggunakan cara politik untuk menentang Viet Minh. Mereka melakukan negosiasi dengan Mantan Kaisar Bao Dai dari Annam, untuk menjadi kaisar di negara bikinan Perancis di Vietnam yang beribukota di Saigon. Mereka memilih Bao Dai karena tidak ada kemungkinan bagi Bao Dai untuk memberontak.
Pada 1949, Perancis mendeklarasikan berdirinya Negara Vietnam. Perancis juga mendirikan Tentara Nasional Vietnam. Negara ini tidak diakui oleh Viet Minh dan hanya menganggapnya sebagai negara boneka.

Perang Lanjutan
Selanjutnya, pertempuran terus terjadi antara tentara Perancis dengan Viet Minh. Sejak 1950, Pasukan Perancis di Indochina berada di bawah pimpinan Jenderal Jean de Lattre de Tassigny. Beliau sangat pandai dan ahli dalam taktik dan strategi militer. Namun, sayangnya ia meninggal tahun 1951, karena kanker menyusul anaknya yang sudah tewas terlebih dahulu di Indochina. Penggantinya adalah Raoul Salan yang lebih sering menggunakan taktik defensif, dengan memasang kawat berduri mengelilingi kota atau benteng pasukan Perancis. Ia menganggap bahwa pasukan Viet Minh akan menggunakan serangan gelombang manusia, dengan mudah dapat dipatahkan dengan taktik ini. Salah satu kesalahan pasukan Perancis adalah mereka masih menganggap bahwa pasukan Viet Minh adalah gerilyawan atau pemberontak semata, padahal, Giap telah membentuk pasukan Viet Minh menjadi tentara reguler dengan dukungan peralatan yang dikirim dari Cina melalui celah yang tidak dijaga oleh pasukan Perancis. Sedangkan Perancis sendiri didukung leh AS yang tidak menginginkan negara tersebut jatuh ke tangan Komunis.

Dien Bien Phu
            Jenderal Navarre selaku pengganti Raoul Salan, ingin segera menaklukkan Viet Minh di Utara Vietnam. Ia berniat menjadikan lembah Dien Bien Phu, Perbatasan Laos dengan Vietnam, menjadi sebuah benteng. Ia memilih tempat tersebut karena menganggap bahwa Viet Minh akan menggunakan serangan gelombang manusia. Dengan daerah dataran yang luas tersebut, ia akan menembaki serangan gelombang manusia tersebut di tanah lapang. Dipilihlah Kolonel De Castries sebagai komandan garnisun. Mulai dari awal tahun 1954, benteng pertahanan di Dien Bien Phu dibuat, terdiri dari bunker, parit, dudukan senjata, serta lapangan terbang.
Pada 13 Maret, serangan Viet Minh dimulai. Dugaan Navarre salah besar, pasukan Viet Minh dibantu 200.000 kuli pekerja telah menempatkan meriam – meriam mereka di atas bukit menghadap ke benteng Dien Bien Phu. Vo Nguyen Giap telah menggunakan taktik perang modern dimana ia tidak terus menerus menggunakan serangan gelombang manusia, tetapi ia menembakkan meriam – meriamnya ke parit – parit pertahanan Dien Bien Phu. Tembakan meriam ini membuat moral pasukan Perancis menurun. Setelah tembakkan meriam usai, barulah serangan untuk menduduki parit – parit tersebut dimulai. Tanggal 7 Mei 1954, Giap menyerukan untuk melakukan serangan terakhir ke bunker pertahanan Perancis yang terakhir di Dien Bien Phu, dimana didalamnya terdapat kolonel De Castries, pemeimpin garnisun Dien Bien Phu. De Castries ditawan bersama lebih dari 11.000 pasukan garnisun Dien Bien Phu.

Konferensi Jenewa (1954)
Pada 8 Mei 1954, Konferensi Jenewa tentang penghentian perang dan penegakkan kembali perdamaian dibuka. Pada tanggal 20 Juli 1954, Perjanjan Jenewa tentang penghentian perang di Vietnam, Laos dan Kamboja telah ditandatangani. Untuk pertama kalinya dalam sejarah bangsa, negara-negara besar telah harus mengakui semua hak fundamental  bangsa Vietnam yang meliputi kemerdekaan, kedaulatan, kesatuan dan keutuhan wilayah. Pemerintah Perancis harus menarik  pasukan-nya ke luar dari  Vietnam.


Sumber rujukan : Lembah Kematian, oleh Nino Oktorino