1. Sejarah Terbentuknya dan Awal Mula Perjalanan Kekaisaran Ottoman
Latar belakang berdirinya kekaisaran yang besar ini adalah banyaknya migrasi kelompok-kelompok nomaden yang mendiami Asia Tengah (Turkistan dan sekitarnya) ke daratan Anatolia yang saat itu masih menjadi kekuasaan Kekaisaran Bizantium dan juga Bani Seljuk. Migrasi ini bertambah banyak jumlahnya ketika Mongol mengalahan Khwarezmia, dinasti yang menguasai wilayah Persia dan Asia Tengah. Salah satu kelompok yang hijrah ke Anatolia adalah kelompok yang dietuai oleh Sulaiman pada tahun 1220. Dalam perjalnan, Sulaiman wafat dan digantikan oleh Ertugrul. Dalam perjalanannya, Ertugrul mendapati adanya pertempuran antara orang Seljuk melawan tentara Bizantium. Saat itu, Ertugrul memimpin pasukannya untuk membantu Seljuk.
Kemenangan pun dapat diraih dan Sultan Alaudin, pemimpin Seljuk, memberikan sebidang wilayah untuk Ertugrul dan kelompoknya. Sultan Alaudin pun memberikan kebebasan kepada Ertugrul untuk melakukan ekspansi ke wilayah yang dikuasai oleh Bizantium. Pada tahun 1299, Ertugrul wafat dan digantikan oleh anaknya, Uthsman atau lebih sering dikenal sebagai Osman I. Pada masa kepemimpinannya, Osman melakukan perluasan wilayah ke arah barat, yaitu ke wilayah yang dikuasai oleh Bizantium. Selanjutnya, Osman mengepung kota Bursa tahun 1320. Kota tersebut direbut saat pasukan yang bertahan disana sudah menyerah.
Osman wafat tahun 1324 dan digantika oleh anaknya, Orhan. kebijakan sultan Orhan I adalah memindahkan ibukota secara resmi ke Bursa pada tahun 1335. Beberapa keberhasilannya adalah mengalahkan pasukan Bizantium di Nicaea tahun 1331, Nicomedia dan Uskudur juga direbut pada tahun-tahun berikutnya. Orhan juga memerintahkan anaknya, Suleyman untuk menyeberangi selat Dardanella dan merebut Edirne. Orhan wafat pada tahun 1362 dan digantikan oleh anaknya, Murad I.
Pada masa kekuasaan Murad I, Ottoman kembali memperluas wilayahnya, terutama ke barat dimana masih banyak wilayah yang dikuasai oleh Kekaisaran Bizantium. Murad dikenal sebagai sosok pemberani, dermawan, dan agamis. Kebijakannya adalah merebut Adrianopel (Edirne) tahun 1365, dan kemudian menjadikannya ibu kota. Kebijakan lainnya adalah membentuk kesatuan militer yang sangat tangguh dan teroganisir yang nantinya akan menjadi salah satu pasukan yang ditakuti di daratan Eropa selama lebih dari 400 tahun, yaitu Janisari (Yeniseri). Janisari memiliki disiplin yang tinggi dan juga memiliki persenjataan yang lebih lengkap dan lebih maju daripada musuh-musuh Eropanya. Janisari sudah mulai menggunakan senapan dan bom mesiu, walaupun tidak semuanya. Meriam-meriam besar juga melengkapi kelengkapan persenjataan pasukan Ottoman yang semakin membuatnya ditakuti oleh musuh-musuh Eropanya. Pertempuran besar pada masa kekuasaan Murad I diantaranya adalah pertempuran Chernomen melawan pasukan Salib Balkan, menundukkan Serbia dan Wallachia menjadi negara bawahannya, serta Pertempuran Kosovo (1389) melawan persekutuan negara-negara Eropa Timur yang memusuhi Ottoman. Murad I juga wafat di tahun yang sama, dan kemudian digantikan oleh putranya, Bayezid.
2. Kekalahan terhadap Timur Lenk dan Masa Kejayaan
Kejayaan dan perluasan wilayah yang dilakukan oleh Ottoman di bawah kepemimpinan Sultan Bayezid kembali dilanjutkan. Pada masa kekuasaannya, pasukan Ottoman berhasil mengalahkan pasukan Salib yang digalang oleh Paus Roma dalam pertempuran Nicopolis (1396). Setelah itu, Bayezid bersama pasukannya dan tentara Serbia yang membantu Ottoman mengepung kota Konstantinopel. Akan tetapi, terdapat ancaman dari timur yang mengancam wilayah kekuasaan Ottoman di Ankara (ibukota Turki saat ini). Bayezid membubarkan pengepungan Konstantinopel dan bergerak menuju Ankara. Pertempuran melawan pasukan Timur Lenk yang merupakan raja Muslim namun masih menganut adab Mongol tersebut berlangsung di Ankara pada tahun 1402. Pertempuran dimenangkan oleh Timur Lenk dan Bayezid ditahan, sementara putranya yang bernama Sulaiman melarikan diri. Bayezid wafat satu bulan setelahnya. Kemudian, Timur Lenk sengaja memecah belah keempat putra Bayezid dalam bersaing memperebutkan tahta. Timur Lenk juga tidak mengambil wilayah yang dikuasai Ottoman sebelumnya, melainkan meninggalkannya dalam keadaan perang saudara.
Perang saudara berakhir tahun 1413 dengan Mehmet I Celebi menjadi pemenangnya dan menjadi sultan. Mehmet I membangun kembali Kekaisaran Ottoman yang sempat hancur karena serangan Timur Lenk dan perang saudara. Setelah 8 tahun berkuasa, Mehmet I mangkat, dengan sejumlah pencapaiannya membangun kembali Ottoman yang ‘sempat’ hancur. Dia digantikan oleh Murad II dan melanjutkan ekspansinya ke daerah Albania.
Setelah Murad II wafat, penggantinya adalah anak muda yang memiliki ambisi besar membawa Ottoman menuju puncak kejayaannya, yaitu Sultan Mehmet II, yang kelak akan bergelar Al-Fatih. Ia naik tahta saat usianya 19 tahun pada tahun 1451. Ia memiliki cita-cita besar untuk menaklukkan Konstantinopel setelah 2 kali gagal oleh sultan-sultan sebelumnya. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Mehmet II menghimpun jumlah pasukan yang besar -- hingga berjumlah 120.000 pasukan, meminta insinyur pembuat meriam asal Hungaria untuk membuatkan meriam terbesar yang pernah ada, mempersiapkan kapal perang yang banyak untuk mengepung Konstantinopel dari selat Bospurus, dan juga membuat perjanjian dengan Venesia untuk tidak mengirimkan bantuan ke Konstantinopel.
Setelah semua dirasa siap, Mehmet II pun memulai pengepungan dengan kekuatan 120.000 pasukan dan puluhan kapal untuk mengepng kota dari laut. Sementara itu, pasukan Konstantinopel hanya berjumlah 10.000 dengan bantuan dari negara-negara Eropa seperti Venisia, Genoa, dan Serbia. Pengepungan dimulai pada 6 April 1453. Berbagai upaya telah dilakukan namun belum dapat menembus tembok kota yang berlapis. Sementara di laut, bantuan dari negara-negara Italia terus berdatangan. Kapal perang yang dimiliki Ottoman tidak mampu menyaingi kapal-kapal dari Genoa yang lebih kuat dan berpengalaman.
Singkat cerita, pada 29 Mei 1453 pasukan Ottoman menemukan celah dan meyerang kota dengan kekuatan penuh. Kota Konstantinopel pun dapat ditaklukkan setelah lebih dari 1000 tahun berdiri. Mehmet membuat kebijakan untuk tidak menyakiti orang yang tinggal di Konstantinopel, mengubah Hagia Sophia menjadi masjid, menunjuk perwakilan dari umat Nasrani untuk menyampaikan pendapat masyarakat yang beragama Nasrani, dan menjadikan Konstantinopel menjadi ibukota. Pada masa kekuasaan Mehmet II inilah Ottoman disebut-sebut mencapai puncak kejayaannya.
Masa kejayaan Ottoman berlanjut pada masa kekuasaan Sulaiman I ‘the Magnificent’yang berkuasa dari tahun 1520 hingga 1566. Pada masanya, Ia menyusun dan merapikan kembali undang-undang Ottoman. Ia juga mampu menumpas beberapa pemberontakan di Syam, Mesir, dan pemberontakan Syiah di Konya. Pencapaian besar lainnya adalah memperluas wilayah kekuasaan hingga perbatasan Austria dan mengepung kota Wina tahun 1529, namun menemui kegagalan. Kemudian, merebut Irak dari tangan Safawi pada 1534 dan Tabriz (Iran) pada tahun 1548. Kedatangan Portugis juga mencadi ancaman bagi Ottoman dan dunia Islam di Timur Tengah, sehingga Sulaiman memutuskan untuk memerangi Portugis dan merebut Oman, Yaman dan Qatar. Beberapa bagian wilayah Afrika juga turut tunduk ke dalam wilayah kekuasaannya. Adanya kerja sama dengan Perancis yang kuat juga menambah catatan pencapaian besar Sultan Sulaiman I.
3. Kemunduran hingga Keruntuhan
Terdapat beberapa faktor dan hal yang menyertai kemunduran Ottoman, dimulai dari kegagalan pengepungan Wina (1683) hingga Perang Dunia I (1914-1918).
Pada tahun 1683 Ottoman kembali menyerang kota Wina dengan kekuatan 140.000 pasukan yang dipimpin oleh Kara Mustafa Pasha, seorang pemimpin militer. Namun, pengepungan Wina kembali menemui kegagalan setelah pasukan bantuan dari Polandia datang membantu pasukan Austra melawan pasukan Ottoman. Dampak dari kekalahan ini sangat besar bagi Ottoman, yaitu jatuhnya banyak wilayah di Balkan, hingga menyusutnya kekuatan Ottoman.
Pada abad ke-17 hingga ke-18, Rusia mengalami kemajuan pesat. Rusia melakukan ekspansi untuk mencari pelabuhan yang tidak membeku saat musim dingin. Oleh karena itu, Rusia melakukan ekspansi ke selatan dan harus menghadapi Kekaisaran Ottoman yang berlokasi tepat di perbatasan selatan Rusia. Maka dari itu, Rusia sangat berambisi untuk merebut wilayah-wilayah Turki di Balkan, Armenia, bahkan Konstantinopel. Puncaknya adalah Perang Krimea (1853) antara Koalisi Inggris, Perancis, dan Ottoman melawan Rusia di Krimea, Laut Hitam. Permusuhan antara Ottoman dengan Rusia terus berlanjut hingga Perang Dunia I pecah tahun 1914.
Perang Dunia I juga melengkapi faktor yang membawa Turki Ottoman menuju keruntuhannya. Awalnya, Otoman enggan untuk berpartisipasi dalam perang besar tersebut karena faktor kesiapan dan enggan terpuruk lagi ke jurang kejatuhan yang lebih dalam. Akan tetapi, karena desakan dari Jerman dan ambisi dari perdana menteri Ottoman dari organisasi Turki Muda yang dipimpin oleh Enver Pasha, akhirnya memutuskan untuk ikut terjun dalam Perang Dunia II. Karena kurangnya persiapan dan sedikitnya modal untuk perang, Ottoman kewalahan melawan Rusia di Kaukasus, Inggris di Mesir dan Irak, dan pemberontakan suku-suku Arab. Ottoman hanya menang satu kali, yaitu dalam mempertahankan Galipoli dari Inggris dan ANZAC (Australia and New Zealand). Karena kewalahan dan diserang terus-menerus, Ottoman pun menyerah dan diadakan perjanjian Sevres yang membuat wilayah Turki menjadi sangat kecil, hanya wilayah Ankara dan sekitarnya. Turki menolak perjanjian tersebut dan harus berhadapan dengan pasukan Yunani dan Sekutu lagi.
Mustafa Kemal Pasha muncul sebagai pahlawan dengan memukul mundur pasukan
Yunani dan akhirnya ia menjadi pemimpin. Setelah menjadi pemimpin, Mustafa Kemal
Pasha membubarkan Ottoman pada 1922 dan mendirikan Republik Turki. Berakhirlah
Kekaisaran Ottoman yang telah berdiri lebih dari 600 tahun.
Faktor-faktor lain yang turut membuat kekuasaan Ottoman makin melemah adalah
pembubaran Janisari yang dianggap seringkali melakukan pembangkangan. Hingga akhirnya
dibubarkan tahun 1826 dan digantikan oleh militer baru yang menyesuaikan dengan
perkembangan zaman. Kemudian adanya Perang Balkan Pertama dan Kedua yang
menyebabkan Ottoman kehilangan wilayah-wilayahnya di daratan Balkan. Lalu, invasi Italia
ke Libya tahun 1911, Enver Pasha sempat memimpin jihad masyarakat Libya disana hingga
ia dipanggil kembali ke Istanbul. Dan faktor lainnya ialah banyaknya pemberontakan,
terutama pembangkangan Seriff Husein bin Ali di Mekah yang dibantu oleh pihak Inggris.
Sumber:
kisahmuslim.com
bbc.com
khazanah.republika.co.id
academia.edu oleh Muhammad Yasir Hijri. ‘Sejarah Berdirinya Daulah Utsmaniyah Beserta Perkembangannya.
Wikipedia
cnnindonesia.com
boombastis.com
farikihsan.blogspot.com