Rabu, 06 Januari 2021

Masa Keemasan Islam, Era yang Dirindukan Umat Muslim Dunia

Lukisan tentang Masa Keemasan Islam

Masa Keemasan Islam atau yang juga dikenal sebagai Islamic Golden Age yang berawal pada sekitar tahun 800 M, yaitu zaman kekuasaan Khalifah Harun Al-Rashid dari Dinasti Abbasiyah di Baghdad, hingga tahun 1258 M, atau masa dimana kota Baghdad sebagai pusat kemajuan Islam dibumihanguskan oleh pasukan Mongol. Arti dari Masa Keemasan Islam itu sendiri adalah masa dimana cendekiawan Muslim di Timur Tengah berhasil menciptakan pencapaian yang luar biasa dalam bidang humaniora, ilmu fisika, ilmu sosial, kedokteran dan medis, astronomi, matematika, hingga ekonomi.

Masa ini menandakan kemajuan pesat dari peradaban umat manusia yang begitu pesat serta menciptakan pondasi keilmuan untuk masa-masa mendatang. Dinasti Abbasiyah di Baghdad, Dinasti Fatimiyah di Kairo, dan pecahan Dinasti Umayyah di Andalusia (Spanyol) merupakan penyumbang dari Masa Keemasan Islam yang berlangsung selama lima abad. Literatur yang berasal dari zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno juga turut menjadi literatur yang digunakan sebagai dasar bagi para cendekiawan Muslim pada Masa Keemasan Islam.

Kemajuan Islam dalam bidang pengetahuan ini tidak terlepas dari beberapa faktor, diantaranya Al-Qur’an dan Hadist, sebagai sumber hukum umat Muslim sangat mendorong untuk terus menggali dan mencari ilmu. Kemudian, banyak ilmuwan yang berbondong-bondong menuju timur dan meninggalkan Kawasan Eropa Barat di saat yang bersamaan sedang berlangsung masa dark age atau masa kegelapan, dimana raja-raja feudal berkuasa dan segala pengetahuan didasarkan oleh agama yang menganggap ilmu pengetahuan adalah hal yang menyesatkan. Kemajuan saat Masa Keemasan Islam juga tidak terlepas dari dukungan pemerintah terhadap inovasi, baik dalam bidang pendidikan, medis, sains, dan teknologi. Hal tersebut tercermin dengan banyaknya pembangunan sekolah, rumah sakit, dan perpustakaan besar yang dibangun di ibukota Abbasiyah di Baghdad, Iraq, bernama House of Wisdom. Kontribusi atas kemajuan di zaman ini juga tidak terlepas dari pengaruh bangsa Cina, India, Yunani, dan umat Kristen Ortodoks di Eropa Bagian Timur. Terakhir, teknologi terbaru saat itu membantu untuk mempermudah dan mempercepat penyebaran kemajuan tersebut, seperti dikenalkannya kertas dari Cina ke wilayah-wilayah Muslim.

House of Wisdom, Baghdad

Bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu bidang yang kemajuannya paling dirasakan ketika Masa Keemasan Islam. Selain dukungan pemerintah yang begitu besar (dibangunnya banyak sekolah dan Perpustakaan House of Wisdom), banyak dari sekolah, yang saat itu dikenal dengan madrasah dibangun atas waqaf (sumbangan amal).  Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko, dan Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, adalah beberapa universitas pertama di dunia. Selain Fez, Kairo, dan Baghdad, Kota Damaskus, Mekah, Granada, Iskandariyah (Alexandria), dan kota-kota lainnya juga menjadi pusat pendidikan dalam peradaban Muslim dengan kontribusinya masing-masing.

Pada abad ke-10, Baghdad memiliki 5 rumah sakit umum. Rumah sakit yang pertama dibangun adalah di Baghdad pada tahun 805 M yang merupakan perintah Khalifah Harun Al-Rasyid. Sumber lain menyebutkan bahwa rumah sakit pertama dibangun di Damaskus, Suriah, pada tahun 706 M. Ketiadaan diskriminasi merupakan salah satu bukti kemjauan dunia Muslim saat itu, dimana tidak ada diskriminasi seksual, agama, sosial, hingga ekonomi di rumah sakit-rumah sakit tersebut. Cordoba, Andalusia atau Spanyol, memiliki 50 rumah sakit, meskipun kebanyakan berfungsi sebagai rumah sakit militer. Obat-obatan dan teknik pengobatan mengalami kemajuan pesat, termasuk juga teknik bedah. Abu Al-Razi membuat buku yang berisi tentang ensiklopedi obat-obatan dan ilmu bedah. Selain Abu Al-Razi, tokoh Muslim terkenal lainnya adalah Ibnu Sina atau yang lebih dikenal sebagai Avicena di dunia Barat. Berkat penemuan-penemuan terkenalnya, Ibnu Sina diakui sebagai bapak kedokteran modern.

Ibnu Sina

Pada masa itu, bermunculan banyak tokoh-tokoh cendekiawan Muslim yang berhasil membuat pengetahuan-pengetahuan baru yang sangat berguna bagi dunia di masa itu dan masa depan. Saat itu, cendekian Muslim tidak memandang golongan, ras, atau agama tertentu dalam mencari maupun berbagi ilmu. Pemerintah Abbasiyah mendukung adanya kerjasama dalam bentuk kontrak sosial, dimana para cendekiawan Muslim dan Kristen bersama-sama menciptakan sebuah inovasi baru.

Al-Khawarizmi
 

Dalam bidang matematika, banyak ilmu-ilmu matematika yang masih digunakan hingga saat ini, seperti ilmu aljabar, sistem penomoran, hingga algoritma yang semuanya adalah ilmu yang dikembangkan oleh cendekiawan Muslim dalam bidang matematika, yaitu al-Khawarizmi. Selain al-Khawarizmi, terdapat juga Alhazen yang menemukan formula kalkulus serta Ibnu Mu’adh al Jayyani yang menemukan trigonometri. Bidang astronomi juga menjadi salah satu bidang yang mengalami perkembangan di masa tersebut, dengan tokohnya yaitu Abdul Rahman al-Sufi dan Nasir al-Din al-Tusi. Al-Biruni, memberikan kontribusi dalam bidang fisika dengan penemuan tentang kecepatan cahaya yang melebihi suara, sementara Alhazen Kembali berkontribusi dengan mengembangkan ilusi optik. Ibnu Khaldun berkontribusi dalam ilmu sosial lewat buku hasil karyanya yaitu Muqadimah. Bidang keagamaan dan filsafat memiliki Imam Al-Ghazali sebagai pemikirnya.

 

Sumber:

Islami.co

1001inventions.com

nationalgeographic.com

Tiliouine, Habib & Estes, Richard J. (2016). The Islamic Golden Age: A Story of the Triumph of the Islamic Civilization. The State of Social Progress of Islamic Societies (pp.25-52).

Falagas, Matthew E., et al. (2006). Arab Science in the Golden Age (750 – 1258 C.E.) and Today. The FASEB Journal, Volume 20, Issue 10.

Alexakos, Konstantinos & Antoine, Wladia. (2005). The Golden Age of Islam and Science Teaching. Science Teacher (Normal, Ill.) - January 2005.

Islam, Jaan. (2017). Understanding Christian–Muslim scholarlycooperation under ‘Abbāsid rule from 800–1000 CE. Journal of Early Christian History.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar